Bulan suci Ramadhan seringkali menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan pada bulan ini adalah i’tikaf, di mana seseorang mengisolasi diri di dalam masjid untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Namun, seringkali muncul pertanyaan bagaimana melaksanakan i’tikaf bagi orang yang memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, seperti pekerja, pedagang, dan profesi lainnya. Mereka tidak bisa menghabiskan sepuluh hari di masjid atau bahkan meninggalkan urusan yang sangat penting. Untuk itu, ada solusi yang dapat ditempuh agar mereka tetap bisa melakukan i’tikaf meskipun dalam kesibukan yang ada.
Menurut pandangan mayoritas ulama, batas minimal i’tikaf adalah beberapa saat saja (lahdzah). Artinya, seseorang bisa melakukan i’tikaf dalam rentang waktu yang singkat, seperti 30 menit, satu jam, atau setengah hari, tanpa harus menghabiskan waktu satu hari penuh di masjid. Yang terpenting adalah berniat untuk melakukan i’tikaf dengan sungguh-sungguh. Berdasarkan hadits dari Ya’la bin Umayyah radhiallahu ‘anhu , beliau berkata,
ﺇﻧﻲ ﻷﻣﻜﺚ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺍﻟﺴﺎﻋﺔ، ﻭﻣﺎ ﺃﻣﻜﺚ ﺇﻻ ﻷﻋﺘﻜﻒ
“Saya berdiam beberapa saat di masjid, dan tidaklah aku berdiam kecuali untuk i’tikaf” (HR. Ibnu Abi Syaibah dan Abdurrazaq dalam Al-Mushannaf).
An-Nawawi menjelaskan pendapat jumhur ulama dalam hal ini, beliau berkata,
ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺃَﻗَﻞُّ ﺍﻻﻋْﺘِﻜَﺎﻑِ ﻓَﺎﻟﺼَّﺤِﻴﺢُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻗَﻄَﻊَ ﺑِﻪِ ﺍﻟْﺠُﻤْﻬُﻮﺭُ ﺃَﻧَّﻪُ ﻳُﺸْﺘَﺮَﻁُ ﻟُﺒْﺚٌ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ , ﻭَﺃَﻧَّﻪُ ﻳَﺠُﻮﺯُ ﺍﻟْﻜَﺜِﻴﺮُ ﻣِﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟْﻘَﻠِﻴﻞُ ﺣَﺘَّﻰ ﺳَﺎﻋَﺔٍ ﺃَﻭْ ﻟَﺤْﻈَﺔٍ
“Adapun batas minimal i’tikaf yang shahih adalah apa yang ditegaskan oleh jumhur bahwa dipersyaratkan tinggal/menetap di masjid dan boleh lama atau sedikit bahkan sampai beberapa saat (lahdzah)” (Al-Majmu’ 6/514).
Dengan demikian, bagi mereka yang memiliki kesibukan, tetaplah bisa melaksanakan i’tikaf selama bulan Ramadhan. Misalnya, mereka dapat bekerja di pagi atau siang hari, dan melakukan i’tikaf di sore atau malam hari setelah menyelesaikan urusan pekerjaan.
Bagi yang berniat untuk melakukan i’tikaf sepuluh hari terakhir Ramadhan, ada baiknya untuk memasuki masjid sebelum matahari terbenam pada malam kedua puluh satu dan keluar setelah matahari terbenam pada malam Idul Fitri. Jika kesulitan untuk melakukan i’tikaf sepuluh hari secara berturut-turut, ada alternatif lain yang bisa ditempuh.
Pertama, i’tikaf tidak harus dilakukan selama sepuluh hari secara penuh. Seseorang bisa menyesuaikan waktu i’tikaf sesuai dengan sisa hari Ramadhan atau sesuai dengan jumlah hari yang diinginkan. Namun, usahakan untuk tidak melewatkan malam ke-27, karena malam tersebut diyakini banyak ulama sebagai Lailatul Qadar, malam yang penuh berkah dan keutamaan.
Bagi yang mengalami kesulitan atau kendala yang membuat mereka tidak dapat melakukan i’tikaf sepenuhnya, hendaklah mereka melakukan i’tikaf sebisanya di masjid dan berharap mendapatkan malam Lailatul Qadar. Seperti yang dijelaskan oleh Syaikh Shalih Al-Fauzan, jika seseorang tidak mampu untuk melakukan i’tikaf sepuluh hari secara sempurna, mereka masih bisa melakukan i’tikaf dalam rentang waktu yang mereka mampu, bahkan jika hanya satu jam atau dari waktu isya hingga subuh. Syaikh Shalih Al-Fauzan menjelaskan,
إذا تعذر عليك أن تعتكف العشر الأواخر من رمضان كاملة لماذا لاتعتكف في المسجد ولو لساعة واحده أو يوم واحد ان استطعت او من العشاء الى الفجر. كل يوم نذهب الى المسجد لنصلي العشاء والقيام فلماذا لاتنوي الأعتكاف ولو من العشاء الى صلاة القيام أو حتى الى صلاة الفجر ثم تذهب لعلها توافق ليلة القدر فتفوز فوزا عظيما*
“Apabila Anda memiliki udzur untuk melakukan i’tikaf di sepuluh akhir ramadhan secara sempurna, maka mengapa Anda tidak i’tikaf di masjid walaupun hanya satu jam, atau sehari yang engkau mampu, atau dari isya hingga subuh, sesuai kemampuanmu. Setiap hari kita berangkat ke masjid untuk mengerjakan shalat isya dan qiyamul lail (tarawih), lalu mengapa Anda tidak berniat untuk i’tikaf, walaupun hanya dari waktu isya hingga tarawih, atau hingga shalat subuh kemudian pulang. Mudah-mudahan hal tersebut bertepatan dengan lailatul qadr sehingga Anda pun meraih keberuntungan yang besar”
Dengan demikian, bagi mereka yang memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, tetaplah ada solusi untuk tetap melaksanakan i’tikaf di bulan Ramadhan. Yang terpenting adalah niat dan kesungguhan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam setiap kesempatan yang ada, sekecil apapun waktu yang bisa dihabiskan di masjid akan memberikan keberkahan bagi mereka yang melakukannya dengan tulus dan ikhlas.





